Minggu, 01 April 2012

MESIR BERKABUNG


MESIR BERKABUNG

Mesir bergejolak. Rakyat mesir yang marah dan menuntut Presiden Mubarak untuk turun jabatan terlihat memenuhi kota. Rakyat menginginkan Presiden untuk turun karena di kenal “dictator”. Ada beberapa alasan di balik pemberontakan rakyat di negara-negara Arab, namun alasan utama adalah kehadiran diktator, yang tergantung pada Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel, dan kebijakan tidak adil Barat terhadap bangsa-bangsa Arab.
Setelah pembunuhan Mantan Presiden Mesir Anwar Sadat pada tahun 1981, Hosni Mubarak mengambil alih kekuasaan dan menciptakan bentuk kediktatoran terburuk, tanpa mempertimbangkan masukan dari pihak lain.
Kebijakan utamanya adalah menciptakan perbatasan yang aman bagi Israel, dengan mengontrol perbatasan Rafah dan membungkam kelompok perlawanan di Mesir dan Palestina dengan kekerasan.
Selama 30 tahun terakhir, pemerintahan Mubarak telah menahan dan membunuh lebih dari 150 ribu pendukung Gerakan Ikhwanul Muslimin dengan berbagai alasan.
Demi menarik dukungan AS dan Israel untuk memperkuat pilar-pilar kekuasaannya, Mubarak mulai membesar-besarkan ancaman dari kelompok Islam. Washington pun “terpaksa” memberikan bantuan militer sebesar 1,3 miliar dolar per tahun kepada pemerintah Mubarak untuk melindungi perbatasan rezim Zionis.
Dan inilah yang menyebabkan warga Mesir sangat marah. Di antara tuntutan rakyat Mesir adalah pengusiran Hosni Mubarak, reformasi konstitusi, pembentukan pemerintahan transisi, dan proses hukum terhadap para korban kediktatoran penguasa.
Dalam pidatonya Presiden Hosni Mubarak pernah berkata bahwa dirinya tidak akan mundur sampai pemilu berikutnya ,yang menurut saya terlihat sangat egois. Tidak seperti masa pemerintahan Presiden Soeharto yang langsung turun dari jabatannya begitu rakyat marah dan berdemo.


Presiden Mubarak terlihat sangat tidak peduli dan bahkan seperti tutup mata serta telinga untuk masalah ini.  Sebenarnya rakyat mesir begitu sabar dalam mengahadapi masalah ini sebelum akhirnya emosi rakyat mesir meledak bagaikan bom waktu.

Seorang pakar ekonomi dari rusia pernah berkata ,”faktor terpentingnya adalah ketika terjadi korupsi di mesir. Ini memang bukan hal baru, tapi pada akhirnya kesabaran rakyat mesir pun akan habis juga.” Krisis suap dan korupsi di Mesir merupakan akibat dari kebijakan rezim berkuasa. Rezim Hosni Mubarak tidak membolehkan para penentangnya untuk terlibat di kancah politik negara ini. Tidak terjadi reformasi di dalam negeri sementara jurang kesenjangan sosial terus melebar. Masalah ini telah membuat rakyat Mesir lelah dan jera. Selama 30 tahun mereka menyalakan televisi, mereka hanya melihat satu wajah dan mendengar satu seruan.

Rakyat mesir hanya di tuntut untuk mendengarkan. Tanpa boleh bersuara. Rakyat mesir seperti di setir oleh Presiden Mubarak.  Bila di perhatikan pendapatan rakyat mesir ini tak lebih dari dua dolar perhari. Wajar saja bila rakyat mesir marah dan bersatu untuk meminta Presiden Hosni mubarak untuk turun dari Jabatannya.

Selama menjabat, presiden Hosni Mubarak berhasil mengumpulkan kekayaannya sekitar 40 millyar. Nilai yang cukup fantastis. Sepertinya memang tak ada lagi kejujuran dalam berpolitik. Selalu tersangkut masalah korupsi. Tak jauh beda dengan masalah di Indonesia yang menyangkut masalah korupsi. Hanya bedanya ,di Mesir yang terjerat msalah korupsi adalah presiden. Orang nomor satu yang seharusnya menjadi panutan warga negaranya.

Seharusnya seorang presiden adalah orang yang bisa mengatur rakyat dan bertanggung jawab atas negaranya. Bukan memanfaatkan bahkan membodohi rakyatnya. Seorang presiden juga harus bisa mengendalikan situasi agar menciptakan keadilan serta ketentraman negaranya. Berpolitik bersih dan sehat tentu tidak akan merugikan siapapun. Bahkan mungkin menciptakan Negara yang berkeadilan dan tidak menciptakan kesenjangan social di masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar