MESIR
BERKABUNG
Mesir bergejolak. Rakyat mesir yang marah dan
menuntut Presiden Mubarak untuk turun jabatan terlihat memenuhi kota . Rakyat menginginkan
Presiden untuk turun karena di kenal “dictator”. Ada beberapa alasan di balik
pemberontakan rakyat di negara-negara Arab, namun alasan utama adalah kehadiran
diktator, yang tergantung pada Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel, dan kebijakan tidak
adil Barat terhadap bangsa-bangsa Arab.
Setelah pembunuhan Mantan Presiden Mesir
Anwar Sadat pada tahun 1981, Hosni Mubarak mengambil alih kekuasaan dan
menciptakan bentuk kediktatoran terburuk, tanpa mempertimbangkan masukan dari
pihak lain.
Kebijakan utamanya adalah menciptakan
perbatasan yang aman bagi Israel ,
dengan mengontrol perbatasan Rafah dan membungkam kelompok perlawanan di Mesir
dan Palestina dengan kekerasan.
Selama 30 tahun terakhir, pemerintahan
Mubarak telah menahan dan membunuh lebih dari 150 ribu pendukung Gerakan
Ikhwanul Muslimin dengan berbagai alasan.
Demi menarik dukungan AS dan Israel untuk
memperkuat pilar-pilar kekuasaannya, Mubarak mulai membesar-besarkan ancaman
dari kelompok Islam. Washington pun “terpaksa” memberikan bantuan militer sebesar 1,3 miliar dolar per tahun
kepada pemerintah Mubarak untuk melindungi perbatasan rezim Zionis.
Dan inilah yang menyebabkan warga Mesir
sangat marah. Di antara tuntutan rakyat Mesir adalah pengusiran Hosni Mubarak,
reformasi konstitusi, pembentukan pemerintahan transisi, dan proses
hukum terhadap para korban kediktatoran penguasa.
Dalam pidatonya Presiden
Hosni Mubarak pernah berkata bahwa dirinya tidak akan mundur sampai pemilu
berikutnya ,yang menurut saya terlihat sangat egois. Tidak seperti masa
pemerintahan Presiden Soeharto yang langsung turun dari jabatannya begitu
rakyat marah dan berdemo.
Presiden Mubarak
terlihat sangat tidak peduli dan bahkan seperti tutup mata serta telinga untuk
masalah ini. Sebenarnya rakyat mesir
begitu sabar dalam mengahadapi masalah ini sebelum akhirnya emosi rakyat mesir
meledak bagaikan bom waktu.
Seorang pakar ekonomi
dari rusia pernah berkata ,”faktor terpentingnya adalah ketika terjadi
korupsi di mesir. Ini memang bukan hal baru, tapi pada akhirnya kesabaran
rakyat mesir pun akan habis juga.” Krisis suap dan korupsi di Mesir
merupakan akibat dari kebijakan rezim berkuasa. Rezim Hosni Mubarak tidak
membolehkan para penentangnya untuk terlibat di kancah politik negara ini.
Tidak terjadi reformasi di dalam negeri sementara jurang kesenjangan sosial
terus melebar. Masalah ini telah membuat rakyat Mesir lelah dan jera. Selama 30
tahun mereka menyalakan televisi, mereka hanya melihat
satu wajah dan mendengar satu seruan.
Rakyat mesir hanya di
tuntut untuk mendengarkan. Tanpa boleh bersuara. Rakyat mesir seperti di setir
oleh Presiden Mubarak. Bila di
perhatikan pendapatan rakyat mesir ini tak lebih dari dua dolar perhari. Wajar
saja bila rakyat mesir marah dan bersatu untuk meminta Presiden Hosni mubarak
untuk turun dari Jabatannya.
Selama menjabat,
presiden Hosni Mubarak berhasil mengumpulkan kekayaannya sekitar 40 millyar.
Nilai yang cukup fantastis. Sepertinya memang tak ada lagi kejujuran dalam
berpolitik. Selalu tersangkut masalah korupsi. Tak jauh beda dengan masalah di Indonesia yang
menyangkut masalah korupsi. Hanya bedanya ,di Mesir yang terjerat msalah korupsi
adalah presiden. Orang nomor satu yang seharusnya menjadi panutan warga
negaranya.
Seharusnya seorang
presiden adalah orang yang bisa mengatur rakyat dan bertanggung jawab atas
negaranya. Bukan memanfaatkan bahkan membodohi rakyatnya. Seorang presiden juga
harus bisa mengendalikan situasi agar menciptakan keadilan serta ketentraman
negaranya. Berpolitik bersih dan sehat tentu tidak akan merugikan siapapun.
Bahkan mungkin menciptakan Negara yang berkeadilan dan tidak menciptakan
kesenjangan social di masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar